BAB III & IV
PERILAKU KONSUMEN
1. Pendahuluan
Dalam ilmu ekonomi merupakan hal yang untuk
di pelajari. Kita bisa melihat ke sekitar kita bahwa begitu banyak konsumen
yang sangat loyal terhadap suatu produk,namun ada juga konsumen yang sangat
loyal terhadap suatu produk, namun ada juga konsumen yang tidak loyal pada
merek tertentu. Asal fungsinya sama, mereka akan menggunakannya. Konsumen yang
loyal terhadap suatu produk tertentu biasanya ia telah mempunyai presepsi dan
ekspektasi terhadap produk tersebut.
Menurut Vincent Gasperz, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi konsumen, yaitu:
-
Kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu
produk berbanding lurus dengan persepsi dan ekspektasinya.
-
Pengalaman masa lalu terhadap produk yang sama
atau produk lain yang berfungsi sama.
-
Pengalaman dari teman yang pernah mengkonsumsi
suatu produk sebelum anda.
-
Komunikasi iklan dan pemasaran yang dibuat oleh
produsen untuk merubah persepsi dan ekspektasi anda.
-
Konsumen biasanya menginginkan produk yang
memiliki karakteristik lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik.
-
Lebih murah dalam artian bahwa konsumen akan
lebih tertarik karena faktor harga yang merupakan pertimbangan paling penting
dalam melakukan pembelian.
-
Lebih cepat berarti bahwa konsumen menginginkan
produk yang mudah didapat serta ada di mana saja.
-
Lebih baik yang berarti konsumen
mempertimbangkan juga aspek kualitas yang dimiliki oleh suatu produk.
Pengeluaran konsumen untuk proses konsumsi suatu produk dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Selera atau keinginan konsumen terhadap suatu produk.
2. Tingkat pendapatan yang diterima oleh konsumen.
3. Kebiasaan dan gaya hidup konsumen itu sendiri.
4. Lingkungan tempat tinggal dimana konsumen itu berada.
5. Proses distribusi suatu produk kepada konsumen.
2. Pendekatan prilaku konsumen
Terbagi dua bagian :
a.
Pendekatan cardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori
nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang
konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan
konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang,
dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan
dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama
besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan
kuantitatif, Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran
kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk
memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung
dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan:
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.
Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan
jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
b.
Pendekatan ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva
indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan
barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul
karena adanya keterbatasan – keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal,
meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
3. Konsep elastisitas
a.
Harga
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah
permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain
merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta
dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum
permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.
Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan
tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya
dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak
(absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :
1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)
b.
Silang
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada
harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang
subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan. Para ahli ekonomi mencoba
mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang
tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)
Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada
produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase
perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga
dari barang Y. Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat
komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas
silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan
penurunan permintaan terhadap pena.
Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda
elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan
mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.
c.
Pendapatan
Suatu
perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh
terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut
diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Apabila yang terjadi
adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang
diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta
sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut
berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas
terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang
inferior atau giffen.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar